Kalam UlamaPendidikanTerkini

Nasihat Syekh Yusri untuk Para Orang Tua

Sebagai orang tua tentu kita mengharapkan yang terbaik untuk masa depan anak-anak kita. Namun, harapan baik kita tidak selamanya kita upayakan dengan cara yang baik. Berapa banyak orang tua yang mengira sudah mendidik anaknya dengan cara yang baik. Tapi di kemudian hari terbukti bahwa mereka telah mendidik anak dengan cara yang salah. Harus kita ingat dengan baik, bahwa anak adalah hasil tanaman para orang tua. Kalau benihnya ditanam dan dirawat dengan cara yang bagus, maka tumbuhannya pun akan terlihat bagus. Tapi, kalau cara merawatnya sudah salah, benih itu pada akhirnya akan menjadi sampah. 

Pernah nggak sih menyaksikan anak-anak yang suka melawan sama orang tuanya? Jangankan melawan, berkata-kata kasar, bermain fisik, mengancam, bahkan yang sampai berani membunuh orang tua aja sekarang udah lumayan banyak. Coba Anda lihat tayangan berita di televisi. Dan Anda akan langsung seketika mengamini kenyataan itu. Kenapa sih anak-anak bisa begitu? Padahal itu kan darah daging mereka sendiri? Kita nggak bisa menyalahkan anak sepenuhnya. Kalau anak tumbuh sebagai orang yang kurang baik, kita patut bertanya, apakah anak itu sudah mendapatkan lingkungan yang baik? 

Apakah orang tua sudah berupaya untuk memberikan lingkungan itu? Dan apakah orang tuanya sudah mendidik dengan cara yang baik? Jangan cuma merasa baik, tapi coba bertanya, apakah pendidikan, cinta dan kasih sayang Anda sebagai orang tua sudah tersalurkan dengan cara yang benar-benar baik? Ini yang tidak kalah penting untuk kita jawab. Lalu bagaimana sih sebetulnya cara mendidik yang baik itu? Apa yang harus kita persiapkan sebagai bekal untuk anak-anak kita? 

Dalam menjawab pertanyaan itu, Syekh Yusri memberikan sejumlah jawaban, yang antara lain sebagai berikut:

Pertama, kata Syekh Yusri, beri kesempatan anak-anak kita bermain, dengan permainan yang bisa memperkokoh fisik mereka. Anak bukan robot. Mereka adalah manusia yang juga butuh hiburan dan kesenangan. Beri mereka kesempatan bermain. Tapi dengan permainan yang bisa berdampak positif untuk mental, fisik dan otak mereka. Ajak mereka berlari, misalnya, berenang, bermain bola, atau bermain apa saja, yang bisa memperkokoh fisik mereka. 

Apakah ini penting? Tentu saja. Ketika fisik yang kokoh sudah terbentuk, maka kelak, ketika sudah dewasa, mereka bisa beribadah dengan kuat. Dan terhindari dari banyak penyakit. Syekh Yusri sendiri, dulu, kata beliau, sewaktu mudanya banyak bermain. Dan hasilnya sekarang, ketika sudah berusia 60-an, tenaga beliau masih seperti usia 40-an. Bahkan mungkin lebih muda dari itu. Masih bisa naik gunung. Dan, yang paling berkesan bagi saya, pada waktu bulan Ramadan, beliau masih kuat salat dari mulai ba’da isya sampai menjelang subuh! Rahasianya adalah kekuatan fisik itu tadi. 

Jadi, sebisa mungkin, berilah anak kita banyak kesempatan untuk bermain. Dengan permainan yang bisa berdampak positif bagi perkembangan fisik mereka. Bagaimana dengan tontonan? Sekarang kan sudah banyak anak-anak yang main hape? Orang tua, kata Syekh Yusri, tidak perlu melarang anaknya menonton secara total. Sesekali mereka perlu hiburan. Tapi diaturlah sebaik mungkin. Dilarang seutuhnya jangan. Dibolehkan sampai kebablasan juga bahaya. Berikanlah hiburan dunia digital itu ala kadarnya. 

Kedua, berikan mereka keteladanan yang baik, dan juga lingkungan yang baik. Janganlah, kata Syekh Yusri, Anda melarang anak Anda merokok, tapi Anda sendiri seorang perokok, dan merokok di hadapan anak sendiri. Percuma saja. Kelak anak Anda akan mengikuti jejak Anda sendiri. Perilaku orang tua adalah teladan sejak dini bagi sang anak. Kalau berharap punya anak yang baik, maka orang tua bertanggungjawab untuk memberikan keteladanan yang baik. Kalau tidak berharap punya anak yang baik, ya tidak perlu memberikan keteladanan itu. Anak adalah produk lingkungan sekitarnya. 

Boleh jadi sang anak menerima pendidikan yang baik. Tapi, ketika dewasa, orang tuanya memberinya kebebasan untuk hidup yang di lingkungan yang tidak baik. Apa yang terjadi? Jelas, ini adalah pilihan yang merugikan. Ibarat kita sudah menata rumah serapi mungkin. Lalu kita biarkan begitu saja sampah berseliweran di dalam ruangan. Kalau Anda berharap punya anak yang baik, beri mereka keteladanan yang baik. Dan berilah mereka lingkungan yang baik. 

Ketiga, jangan banyak menegur. Ini sering kita jumpai dalam pola pengasuhan para orang tua zaman sekarang. Sedikit-sedikit kalau anaknya salah langsung dimarahi, ditegur, bahkan dibentak-bentak dengan kata-kata yang kasar. Mereka kira dengan cara seperti itu anak akan kapok, dan terhindar dari hal-hal yang merugikan. Mereka kira ketegasan seperti itulah yang dibutuhkan oleh sang anak, agar dia terbiasa dengan hal-hal yang baik. Padahal tidak. Dengan cara seperti itu, justru mereka akan semakin berani melawan kita. Dan, kalau dia sedang tidak berada di hadapan kita, justru dia akan semakin berani untuk melanggar apa yang kita larang itu. Banyak menegur dan menyalahkan anak bukanlah pola pendidikan yang baik. Itu intinya. 

Nabi itu, kata beliau, mendidik keluarga dan para sahabatnya dengan taghaful (pura-pura tidak tahu). Artinya, kalau suatu waktu nabi menjumpai perbuatan para sahabatnya yang tidak beliau sukai, atau melanggar aturan agama, beliau tidak selamanya menegur secara langsung, ketika orang itu berbuat salah. Tetapi beliau kadang bersikap pura-pura tidak tahu. Demi menjaga perasaan orang yang berbuat salah itu, supaya tidak merasa terpojokkan dengan teguran. Lalu kapan dia diingatkan? Nanti, ketika para sahabat yang lain ikut kumpul bersama, nabi menyampaikan nasihat, dan nasihat tersebut, secara tidak langsung menuju kepada orang yang berbuat salah itu. Dan dengan demikian orang itu tidak akan merasa terpojok. 

Cara mendidik seperti ini penting. Bukan cuma mendidik anak. Tapi dalam soal mendidik siapa saja. Jangan suka banyak menegur dan memarahi orang yang kita didik. Karena semakin sering kita menegur anak kita, maka akan muncul rasa tidak suka dalam diri mereka terhadap kita. Padahal, kata Syekh Yusri, yang terpenting itu justru kita harusnya memikirkan bagaimana caranya agar anak-anak kita mencintai para orang tuanya terlebih dulu. Kalau mereka sudah mencintai kita, tanpa kita minta pun, mereka akan melakukan apa yang kita suka, dan menjauhi apa yang kita benci, karena adanya perasaan cinta itu. 

Cukup disayangkan kalau ada orang tua yang rajin menegur dan menyalahkan anaknya. Jangan heran, kalau ketika sudah tumbuh dewasa, anak itu akan melawan, dan bersikap kurang ajar kepada orang tuanya sendiri. Kadang ada orang tua yang mengira bahwa kalau kita sering menegur, dan bersikap keras, maka sang anak akan terbiasa dengan perbuatan baik, dan menghindarkan diri dari perbuatan buruk. Faktanya tidaklah begitu. 

Kalau ada anak berperangai kurang baik, kita tidak bisa menyalahkan anak sepenuhnya. Boleh jadi itu karena kelalaian dan kesalahan para orang tua sendiri dalam mengasuh, mendidik dan mengembangkan kepribadian anak-anaknya. Boleh sejak awal dia tidak mendapatkan pendidikan yang baik. Atau mendapatkan pendidikan yang baik, tapi dia hidup di lingkungan yang kurang baik. Sementara manusia adalah anak dari lingkungannya sendiri. 

Terakhir, kata Syekh Yusri, ajari anak-anak untuk mencintai para ulama dan orang-orang saleh. Baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Kalaulah orang tua belum mampu memberikan keteladanan yang layak, barangkali keteladanan itu bisa dia dapatkan dari mereka. Ajari anak-anak kita untuk mencintai kesalehan orang-orang itu. Karena barangsiapa yang mencintai suatu kaum, maka pastilah dia akan terdorong untuk meneladani kaum yang dia cintai itu. Demikian, wallahu ‘alam bisshawab.

Bagikan di akun sosial media anda