Menciptakan Kesan yang Baik
Waktu memasuki tahun ketiga kuliah saya sempat bekerja sebagai penerjemah. Waktu itu saya belum bisa menulis. Juga belum tertarik untuk memasuki dunia itu. Menerjemah pun terpaksa. Karena harus menambah uang jajan. Uang saku yang saya terima dari asrama tidak begitu cukup untuk memenuhi kebutuhan. Celakanya, di masa-masa awal menerjemah, saya sudah punya pengalaman yang kurang enak. Saya merasa bahwa menerjemah itu adalah pekerjaan yang benar-benar melelahkan.
Dalam menerjemah, kita tidak bisa menuangkan ide seenaknya. Nalar kita dipaksa agar bisa memahami teks dan kehendak penulis. Ketika ada kosakata yang asing, kita harus segera mencari. Dan mencari terjemahan yang tepat dari kata itu. Manakala ada ungkapan yang tidak kita pahami, kita dipaksa untuk paham. Kalau perlu, kita bertanya kepada ahlinya. Walhasil, kita tidak bebas dalam berimajinasi. Nalar kita seolah tersandar dalam teks yang ingin kita terjemahkan itu.
Belum lagi dengan tekanan dari pihak terkait agar kita menyelesaikan pekerjaan dalam batas waktu tertentu. Belum lagi uang yang dihasilkan tidak begitu banyak. Perlembar di halaman komputer, seingat saya waktu itu, hanya dibayar sekitar 11.000. Tapi mau gimana lagi. Namanya orang butuh uang jajan. Saya jalani aja. Meskipun melelahkan. Gara-gara punya pengalaman yang kurang enak dalam soal itu, sampai sekarang saya tidak pernah tertarik untuk menerjemah sebuah buku. Karena sejak awal saya sudah gagal menciptakan kenyamanan dalam dunia itu.
Beda halnya dengan menulis. Dalam menulis, saya punya pengalaman yang seru. Pengalaman yang saya rasa benar-benar berbeda dengan menerjemah. Menerjemah dan menulis, bagi saya, adalah dua pekerjaan yang berbeda. Dalam menerjemah, kita menyampaikan pikiran orang lain, yang kadang tidak sepenuhnya kita pahami. Tapi dalam menulis kita menuangkan buah pikiran kita sendiri. Dalam menerjemah, kita dipaksa untuk memahami pikiran orang lain. Dalam menulis, kita bisa berimajinasi secara bebas untuk meluapkan isi pikiran kita sendiri, dengan pilihan kata yang sesuai dengan selera kita.
Dulu, sebelum menikah, saya bisa menulis dari pagi sampai malam. Tidak berhenti kecuali untuk kegiatan-kegiatan penting dan selingan sesaat. Dan saya tidak merasa terbebani dengan kebiasaan itu. Rasa lelah mungkin ada. Tapi, saya benar-benar menikmatinya. Apalagi, setelah karya rampung ditulis, karya itu dinisbatkan kepada penulisnya. Bukan kepada orang lain. Dan itu bisa menjadi kepuasan tersendiri. Sampai sekarang kegiatan itu masih terus berlanjut. Dan saya nikmati. Kalau ditanya kenapa? Salah satu jawabannya ya itu tadi. Karena sejak awal saya sudah punya pengalaman yang enak.
Di kesempatan yang lain, saya juga pernah bekerja sebagai penjaga toko buku. Bayangan saya, jaga toko buku enak. Karena kita bisa baca buku dengan bebas. Kerjannya nggak banyak. Dapet gaji lagi. Ternyata itu hanya halusinasi belaka. Ketika mulia bekerja, perasaan saya sudah nggak enak. Dan saya mendapatkan pengalaman yang tidak membuat saya nyaman. Akhirnya saya tinggalkan pekerjaan itu. Dan kembali pada kebiasaan semula. Yaitu membaca dan menulis. Dan itulah yang membuat saya nyaman.
Pelajaran pentingnya, kalau Anda ingin menekuni suatu kegiataan, atau profesi tertentu, dalam hidup Anda, dan Anda ingin mendapatkan kenikmatan dari kegiatan itu, maka berusahalah untuk menciptakan kesan yang baik sebelum melangkah lebih jauh. Hindari sebisa mungkin hal-hal yang membuat Anda tidak nyaman dengan kegiatan itu. Kalaulah Anda terpaksa dihadapkan pada pengalaman yang pahit, carilah celah agar tetap mendapatkan kesan yang baik. Anggap saja itu bagian dari proses.
Dalam dunia belajar juga begitu. Anda ingin menjadi ahli dalam suatu ilmu? Ingat, ketika Anda memulai, carilah jalan yang bisa membuat Anda suka dengan ilmu itu terlebih dulu. Rasa suka terhadap suatu ilmu itu kadang tidak kalah penting dari menguasai ilmu itu sendiri. Carilah cara apapun yang bisa membuat Anda suka. Bisa dengan mencari guru yang gaya penyampaiannya enak, misalnya. Atau membaca buku yang gaya penyampaiannya mudah. Atau apa saja. Jangan benturkan diri Anda dengan hal-hal yang sulit. Karena itu bisa mengganggu kenyamanan.
Ciptakan kesan yang baik dan nyaman dalam sesuatu yang ingin Anda tekuni. Kalau Anda gagal, dan Anda ditakdirkan menekuni dunia itu, maka Anda akan tersiksa. Hidup Anda tidak akan terasa nikmat. Yang dirasa hanyalah beban dan kebosanan. Pekerjaan yang ringan bagi seseorang boleh jadi berat bagi orang yang lain. Sedikit banyak itu bergantung pada cara kita dalam mengatur pola pikir kita sendiri. Jangan mau diperbudak dengan pekerjaan. Tapi belajarlah menikmati pekerjaan itu agar hidup Anda terasa lebih nyaman.